Rabu, 13 Maret 2019

Dari Gerobak, Samino Sukses Jadi Juragan Mie Ayam

Siapa yang suka mie ayam? Masyarakat Indonesia tak asing dengan panganan simpel yang satu ini. Pedagangnya pun tak sukar kita temui, tersedia banyak sekali menjadi berasal dari yang mewah sampai di pinggir jalan. Namun jangan salah, berasal dari semangkuk mie ayam medan sederhana, tersedia rezeki luar biasa yang datang.

Salah satu pedagang yang menjemput rezeki berasal dari berjualan mie ayam adalah Johanes Baptista Samino atau biasa dipanggil Samino yang telah berjualan mie ayam sejak th. 1977, terhitung telah 41 tahun. Pria yang lahir di Wonogiri 57 th. silam ini mulanya merantau ke Jakarta gara-gara diajak oleh saudaranya untuk berjualan mie ayam. Saat itu, pengetahuannya seputar mie ayam tetap nol gara-gara tugasnya hanya melayani konsumen saja.

Setelah 2 th. turut saudaranya berjualan mie ayam, Samino mengambil keputusan menikah, kendati kondisi ekonominya pun mampu dikatakan tetap sukar saat itu, tetapi ia punyai rancangan untuk punyai usaha mie ayam sendiri dengan istrinya, Natalia Sumarni. Samino pun minta diajarkan cara menyebabkan mie mentah dan cara meracik mie ayam yang benar kepada saudaranya. Di th. 1981, Samino dan istri mengambil keputusan untuk punyai usaha mie ayam sendiri dan dengan bermodalkan gerobak pinjaman berasal dari saudaranya, Samino berjualan di tempat Bendungan Hilir.

Perlahan tetapi pasti, usaha mie ayam Samino dan istri jadi berkembang berasal dari th. ke tahun, lebih-lebih ia sempat menopang lebih dari satu rekannya berasal dari kampung untuk berjualan mie ayam di Jakarta. Berawal berasal dari konsumsi terigu hanya 20 kg nya per hari, Samino konsisten meningkatkan usahanya dengan menggunakan 20 zak terigu per harinya. Citarasa mie ayamnya pun telah dikenal enak dan banyak pelanggan berasal dari tempat lain yang spesifik datang ke Mie Ayam Samino untuk merasakan mie ayam buatannya.

Mengalami Musibah

Layaknya roda yang sedang berputar, dimana Samino dan istri sedang merasakan kesuksesannya berjualan mie ayam di Benhil, di th. 1994 pabrik mie dan tempat usaha mie ayamnya ludes di lalap si jago merah. Rumah dan seluruh mesin mengolah mie nya hangus terbakar. Bersama dengan keluarganya, Samino mengungsi di rumah susun kurang lebih rumahnya dulu sebagai pengganti wilayah tempat tinggal yang terbakar.

Tinggal di rumah susun membuatnya tidak mampu ulang meneruskan usaha mie ayamnya gara-gara wilayah yang sempit dan padat masyarakat tidak amat mungkin mengolah mie dan berjualan mie ayam. Selama setahun pula ia dan istrinya menganggur sampai pada pada akhirnya ia mengambil keputusan ubah supaya mampu ulang meneruskan usahanya yang sempat terbengkalai.

Pada th. 1995, ia pun menjajakan rumah susunnya dan uang hasil penjualan digunakan belanja bangunan di tempat Ciledug, tempat tinggalnya sampai saat ini. Sikap pantang menyerah dan dorongan berasal dari keluarganya menyebabkan Samino ulang bangkit berasal dari keterpurukan. Ia pun mengawali mengolah mie ayamnya menjadi berasal dari nol. Dibantu oleh istrinya, Samino merangkak melacak pelanggan baru di tempat Ciledug, sambil coba mengambil ulang pelanggan lamanya di tempat Bendungan Hilir.

Meskipun Samino hanya lulusan Sekolah Dasar, keinginan yang kuat dan tekad yang besar di dalam mengusahakan membawanya kepada kesuksesan sebagai pengrajin mie ayam saat ini. Saat ini Samino telah punyai pabrik pengolahan mie mentah dengan ukuran yang lebih luas, 6 unit mesin mie yang tiap tiap harinya konsumsi 40 zak terigu cakra kembar dan mengolah 600 kg mie segar, serta tempat tinggal yang besar. Yang lebih membanggakannya lagi, berkat berasal dari usaha gerobak mie ayam, Samino sukses menyekolahkan 2 orang anaknya sampai lulus universitas. Putrinya yang pertama saat ini bekerja di tidak benar satu Bank terbesar di Indonesia, sedang putranya jadi seorang dokter yang bertugas di Kepulauan Seribu.

Dalam menjalankan usaha mie ayamnya, Samino dikenal sebagai privat yang tidak pelit ilmu. Bahkan ia mengajarkan para karyawannya dan penjajanya untuk mampu mengolah mie ayam sendiri supaya mereka seluruh nantinya mampu berjualan sendiri dan mampu merasakan kesuksesan sebagai penjaja mie ayam. Saat ini Samino memperkerjakan 9 orang karyawan untuk mengolah mie mentah, punyai 169 gerobak yang ia pinjamkan kepada para penjaja, dan 1 outlet mie ayam di dekat rumahnya.

“Saya selalu menanamkan kepada para karyawan dan penjaja mie ayam aku untuk nantinya mereka mampu punyai usaha mie ayam sendiri gara-gara aku tidak mau mereka selalu turut saya. Saya pun memberikan pengetahuan dan resep mie ayam secara gratis, tidak tersedia yang aku rahasiakan berasal dari resepnya gara-gara dulu aku dapatnya terhitung gratis makanya aku menurunkan secara gratis terhitung kepada anak buah,” ujar pria murah senyum ini.

Tidak hanya kepada karyawannya saja Samino memberikan ilmunya. Ia sering diminta untuk memberikan pelatihan menyebabkan mie ayam berasal dari lebih dari satu paguyuban UKM kuliner yang inginkan belajar menyebabkan mie ayam. Dengan suka hati Samino memberikan resep dan cara menyebabkan mie ayam yang enak dan disukai oleh konsumen.

Regenerasi

Di usianya yang jadi senja ini, Samino dan istri inginkan supaya usaha mie ayam yang terlah dirintis puluhan th. lalu mampu konsisten berjalan lebih-lebih jadi berkembang lagi. Samino pun membujuk anak pertamanya, Rosse Samara untuk melanjutkan tongkat estafet usaha Mie Ayam Samino. Dan di th. 2019 nanti, kepemimpinan usaha bakal diserahkan segera kepada Rosse untuk mengelola pabrik mie dan seluruh gerobak yang dimiliki saat ini. Tentunya Samino meminta supaya anaknya mampu membawa usaha Mie Ayam Samino jadi sukses lagi.



“Perkembangan zaman menuntut banyak inovasi dan perubahan di dalam usaha mie ayam, oleh gara-gara itu aku meminta anak aku mampu membawa usaha ini lebih milenial ulang cocok dengan pertumbuhan zaman saat ini,” sambungnya.

Menanggapi tanggungjawab yang bakal dipikulnya menjadi th. depan, Rosse mengaku saat ini telah menyiapkan rencana-rencana untuk mengembangkan usaha orangtuanya. Rosse inginkan Mie Ayam Samino lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, oleh maka dari itu bukan tidak kemungkinan suatu saat Mie Ayam Samino punyai outlet besar layaknya Warunk Upnormal ataupun Bakmi Gajah Mada.

“Bersama dengan Bogasari, saat ini aku sedang coba menyaksikan kesempatan untuk melebarkan usaha mie ayam ke konsumen yang lebih milenial supaya produk orang tua aku mampu dinikmati tidak hanya masyarakat Ciledug dan sekitarnya saja, tetapi yang di tempat lain terhitung mengenal Mie Ayam Samino,” tegas ibu satu anak ini.

Ia menyaksikan regenerasi sangat mutlak untuk menopang usaha keluarga, lebih-lebih di kebudayaan orang timur sangat baik menopang orang tua, menghargai apa yang telah dirintis sepanjang ini dan meneruskan supaya lebih baik. Rosse mengatakan bahwa telah bertahun-tahun orangtuanya memberikan pekerjaan dan pendapatan bagi banyak karyawan dan keluarganya, terhitung berasal dari pelanggan dan penyupali bahan baku, hal ini tidak boleh berhenti dan mesti diteruskan gara-gara menyangkut hajat hidup orang banyak.

Untuk berkonsentrasi penuh melanjutkan usaha orangtuanya, Rosse pun mengambil keputusan untuk keluar berasal dari pekerjaannya sepanjang ini sebagai seorang banker. Ia tidak was-was kariernya yang telah nyaman sepanjang ini bakal berhenti gara-gara fokus mengurus usaha mie ayam.

“Menjadi penerus usaha bukanlah hal yang mudah. Butuh effort lebih untuk memperjuangkannya. Untuk itu aku pun mengambil keputusan berkorban meninggalkan pekerjaan aku sepanjang ini untuk capai obyek tersebut,” ungkap perempuan kelahiran Jakarta, 25 September 1981 ini.

Rosse pun sangat meneladanai kedua orangtuanya yang telah sukses mengembangkan usaha mie ayam sampai sebesar saat ini. Baginya tekat yang bulat, iman yang teguh, jalinan kekeluargaan yang sangat erat, dan dorongan share bakal konsisten ia laksanakan untuk konsisten memunculkan Mie Ayam Samino di era yang bakal datang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar